Kerasnya Hidup, Nak!
Aahh.. lama banget vakum dari nulis menulis nih, bahkan lupa klo diri sendiri punya blog. Hehe. Mudahan masih bisa terus kesentuh ini blog ya..
Kali ini aku ingin bahas tentang perilaku anak. Banyak sekali tingkah polah perkembangan hidup yang kami lalui selama 3 tahun ini. (Oya Cyril dah 3 th ya sekarang...) Kenapa 'kami' bukan 'Cyril' ? karena perkembangan Cyril sangat ber-impact terhadaku. Aku banyak sekali belajar berusaha beradaptasi, mencari formulasi (*halahh..) dalam menghadapi perilakunya. Perilakunya yang keras. Keras dalam keinginan. Keras dalam bertindak. Sedikit sedikit salah. Sedikit sedikit marah. Egosentris.
Seringkali perilakunya ini yang membuatku juga keras terhadapnya karena ketidaksabaranku. Keras disini bukan fisik ya (getting physical with ur kids is NOT acceptable) keras disini is more to a yelling. Bentak, ancaman, paksaan, mata melotot, yeah things like that lah. Terutama ayahnya yang sering address him with high tone, which sometime also happens to me.
Cyril suka sekali bermain tapi tangan dan kaki pun ikut main, dan seringkali orang disekitarnya menjadi sasaran kaki dan tangannya. Misalnya ketika aku dan Cyril bermain sambil dipeluk-peluk tapi lama kelamaan tangannya bisa nabok kepalaku. Padahal maksudnya mungkin cuma fun aja menurut dia, tapi seringkali refleksku langsung marah karena sakit. Cyril juga masih suka banting dan lempar barang. Sebenarnya dia tahu kalau perilakunya salah tapi masih sering dilakukan. Sering juga setelah hal hal brutal yang dilakukan kami mengancamnya untuk masuk kamar atau kamar mandi.
From what I observed, now I know that this behavior happens to almost every kid. Keras atau kasarnya anak batita bukan berarti dia akan seperti itu terus. Its just another phase of their life, sama seperti fase hidupnya yang evolved dari cuma nangis terus sampe akhirnya bisa ngomong. Jadi ga perlu langsung nge-judge kalo misal "wah ni anak keras kaya bapaknya atau ibunya atau blabla.." Meskipun anak batita sudah banyak mengerti tapi motorik kasarnya lagi berkembang tinggi-tingginya sehingga masih sering tangan dan kaki 'bermain'. Pemikirannya pun belum matang, jadi kalo dikasihtau dia mengerti, tapi masih sering diulang-ulang perilakunya. Jadi masih sulit untuk dia memposisikan diri bahwa misal kalo diinjek itu sakit, kalo dipukul itu sakit. Kan ga mungkin tiap dia pukul terus kita pukul balik gitu biar anaknya ngerti. Jadi aku sebagai orangtua ya harus sabar untuk terus ingetin dia, ajarin dia, sebab dan akibatnya.
They will through that phase. They will change. Be positive, rather than thinking "this kid is hard man". And sure you can build their characters. Semuanya pasti berawal dari orangtua kan, jadi seperi kata Mamah Dedeh kalo pengen anaknya soleh, ya orangtuanya harus soleh dulu. As simple as that, tapi prakteknya susah bingits kan. Kalo kitanya aja keras ketika menghadapi kerasnya keinginan atau tindakan anak, ya gimana ga jadi keras wataknya si anak. Kan hari ke hari begitu terus terulang-ulang aja dan semua terekam dalam otaknya, jadilah wataknya seperti itu. So how we react to their behaviors really counts.
Jadi sekarang lebih ke bagaimana kita menghadapi lika liku masa pertumbuhannya. Menghadapi perilakunya yang keras, kasar, atau mudah marah. Diusia Cyril yang sekarang ini dia juga mudah marah jika ada sesuatu yang ga bisa dilakukannya. Butuh kesabaran ekstra memang untuk menghadapi perilaku keras anak. Yah itulah konsekuensi kita sebagai orangtua. Easy to say tapi aplikasinya beeeerraaatt. Memang yang paling efektif dalam menghadapi polah seperti itu ya kita harus ngomong baik baik..calm but assertive ( halahh..dikira dog whisperer apa) tapi bener loh. Tenang tegas dan memposisikan tubuh selevel sama anak. Meskipun seringkali akupun ga sabar kalo dia ngotot.
Berat. Apalagi kita harus konsisten. Tapi hasilnya cukup efektif daripada kita yang bentak ato marah malah bikin nguras tenaga sendiri. Yah hidup memang ketas nak. Aku pun masih suka refleks marah kalo dia sudah kasar keras dan ngamuk. Tapi aku tetap berusaha, mudahan bisa konsisten, karena menurutku dampaknya akan lebih baik ke anak sekarang dan InshaAllah mada depan, daripada menunjukkan arogansi.
Komentar
Posting Komentar